Selasa, 16 Oktober 2012

Observasi VS Kajian Pra Nikah

Oktober 16,  2012 / 1 dzulhijah 1433
Hari ini saya dapat tugas dari diklat MIBS (Mqfm Islamic Broadcasting School) untuk observasi alias melihat bagaimana cara kerja real saat siaran di radio, dimana saya saat ini sedang mengikuti training penyiaran di radio tersebut.
Saya diberi jadwal jam 10 pagi saat acara rumahku syurgaku kebenaran acara tersebut memang favorit saya.
Dimana acara ini selalu mengupas tentang masalah lika liku kehidupan dalam keluarga.
Lumayan sebagai bekal buat yang belum berpengalaman.

Pagi ini saya datang setengah jam sebelum acara dimulai.
Menunggu diruang tamu sambil bengong karena nggak tau apa yang akan di lakukan saat observasi nanti, apa cuma memperhatikan atau harus melakukan sesuatu.

Waktu observasi pun tiba, saat pergantian acara saya masuk ruang siaran dan diberi arahan tuk memperhatikan seorang akhwat (lupa namanya) yang mimpin siaran acara rumahku syurgaku tersebut.
Dan yang menjadi seorang narasumber Ustad Taufik Ismail.
Jadi tau juga seorang ustad yang kalem ini yang slama ini cuma tau namanya doank lewat radio.

Sebelum acara dimulai perkenalan pun dimulai dengan ustad tersebut.
Dan sang penyiar pun menanyakan materi yang akan dibawakan.
Ustad menjawab "kajian pranikah"
Lebih detail nya apa ustad, tanya penyiar.
"Terapi senyum untuk seseorang yang sedang dalam masa penantian", jawab ustad.

Jleeeebbbb...."""
Langsung ngena bgt ama apa yang sedang saya rasakan skr ini.
Penantian ama seseorang yang entah kapan akan bersua dan mewujudkan mimpi"nya.
Tapi apa hubnya am terapi senyum? Yg ada malah H2C alias Harap Harap Cemas"
pertanyaan yg muncul dlm hati...

Acara pun berlangsung...
Sang penyiar menjalankan tugasnya n' abi hanya sepintas memperhatikan ap yg dilakukannya.
Sang ustad pun memaparkan kajianya.

Alih" dsuruh memberikan perhatikan ttg cara kerja si penyiar, eh malah lbh tertarik am pemaparan ustad tsb.
Krn penasaran dg hub terapi senyum am penantian kekasih.

Ternyata SENYUM dlm penantian ini diartikan oleh ustad tsb ssuai huruf yg ada di kata itu sendiri.
SENYUM => Sabar Empati Nikmati Yakin Usaha (ikhtiar) Miliki keikhlasan.
Bnyk sx pendengar yg interaktif dlm acara tsb.
Dan itu pun bwt abi pngn rasanya menanyakan ttg apa yg abi sndiri rasakan n' alami ttg penantian ini tp malu rasanya.
Aplg dtambah tugas abi hanya observasi n' konsen dg cara kerja siaran.
Tp ngeganjel jg saat tdk menanyakan solusi yg hrs abi lakukan saat ini.

2 jam kebersamaan pun berakhr dlm acara tsb.
Sang ustad pamit, lidah ini msh ƍäªK tahan ingin meminta solusi n' petuahnya tp syg kesempatan itu tak ada.
Kburu ustad tsb prgi mninggalkan ruangan n' abi brtahan diruangan siaran mnunggu konfirmasi dr koordinator observasi.

Kadang ap yg ingin kita lakukan tuk mendapat suatu pencerahan dirasa bgtu sulit krn faktor yg ada dlm diri sendiri.
Kurangnya keberanian n' memanfaatkan wkt yg ada malah menjadi kendala trsendiri bwt diri.

Sesuaikan Tindakkanmu

By jamilazzaini September 28, 2012 Post a comment

Saya punya banyak pengalaman menarik saat mendidik anak. Salah satunya ketika anak kedua saya Ahmad Sholahudin (Asa, sekarang 18 tahun) memrotes mamanya. Saat itu ia masih SMP, “Mama kalau diajak diskusi gak pernah nyambung.” Kemudian dijawab oleh mamanya, “Ya kamu kalau diskusi tentang sepak bola, mama gak ngerti sepak bola.”
Jawaban Asa mengejutkan saya. “Mama, ibarat kita mancing. Ikan sukanya cacing, sementara aku sukanya donat. Aku juga gak suka banget cacing. Aku mancingnga pakai apa? Pakai cacing, kan? Bukan pakai donat. Jadi kalau sudah tahu anaknya suka sepak bola, mama cari tahu tentang sepak bola dong biar kita nyambung.”

Memang agar kita mampu menarik perhatian orang lain kita harus cari tahu apa yang disukai lawan bicara kemudian belajarlah. Pembicaraan akan lebih menarik dan hidup bila obrolan dan interaksinya “nyambung”. Namun tidak untuk semua hal Anda harus mempelajari dan menguasai serta menyesuaikan dengan keinginan orang lain. Cerita berikut, terinspirasi dari penuturan pembaca web ini Maya Sukma Kiat, semoga bisa menjadi pelajaran.

Ada seorang trainer diminta memberikan training di pedalaman Papua. Kebetulan sang trainer ini mendapat giliran tampil di hari kedua. Untuk tahu suasana training hari pertama maka ia “mengintip” ke tempat training. Wow, ternyata semua peserta tidak berbusana dan hanya mengenakan koteka, sementara trainernya menggunakan jas rapi bahkan berdasi. Dia pun berpikir, “Wah trainer hari pertama ini kurang peka dan kurang bisa beradaptasi.”

Keesokan harinya tibalah giliran trainer ini tampil. Untuk menghormati para peserta maka trainer ini tidak berbusana dan hanya mengenakan koteka. Dia berbisik dalam hati, “Yes, saya akan lebih cepat diterima oleh para peserta training dibandingkan trainer hari pertama.”

Begitu masuk ke dalam ruangan, trainer ini terkejut karena semua peserta hari kedua mengenakan jas rapi sekaligus berdasi. Hanya ia yang menggunakan koteka dan itupun salah memasangnya.

Salam SuksesMulia!

Hati-hati dengan Kata-Katamu

Kata-kata yang terucap mencerminkan isi pikiran dan hati seseorang. Jadi kurang tepat bila ada yang berkata, “Kata-kata saya memang kasar dan keras tetapi hati saya lembut.” Itu namanya ‘pelajaran mengarang”, hehehe… Ibarat teko, apa yang tertuang menunjukkan isinya. Jadi, kalau tekonya berisi susu maka saat dituang keluarlah susu. Jika teko isinya air comberan maka saat dituang keluarnya pun pasti air comberan.

Kata-kata yang kita ucapkan sejatinya mempengaruhi sel-sel dan hormon-hormon dalam tubuh kita. Coba katakan, “Wah, jeruk ini asam banget, ya. Ampun, ampun, rasa asamnya sampai ubun-ubun. Ini jeruk terasam yang pernah saya makan!” Pernah makan jeruk masam? Tahu kan bagaimana rasanya? Membaca kata-kata tadi, apa yang Anda rasakan? Pasti Anda merasakan sesuatu…

Karena kata-kata berpengaruh besar dalam hidup kita maka pastikan kita harus lebih sering mendengar kata-kata yang positif dibandingkan dengan yang negatif. Termasuk hati-hatilah tehadap apa yang Anda ucapkan karena itu mempengaruhi orang-orang di sekitar Anda. Kisah berikut semoga bisa menjadi pelajaran.

Seorang lelaki naik kereta api dari Bogor menuju Jakarta. Ia duduk di dekat seorang ibu yang sedang merayu anaknya makan pizza herbal yang diperoleh dari sahabatnya. Karena berbagai rayuan tidak berhasil maka sang ibu menggunakan jurus pamungkas, “Ayo anakku makan pizza ini, nanti kalau tidak mau makan pizza ini mama kasih ke om yang disebelah ini, lho!” Mendengar omongan itu, lelaki di sebelahnya tersenyum. Aroma pizza yang begitu nikmat akhirnya menggoda perutnya.

20 menit berlalu, aroma pizza itu semakin menggoda namun sang anak belum juga mau makan pizza itu. Sementara itu, entah sudah berapa kali sang ibu berkata, “Ayo dong anakku, pizza ini dimakan. Nanti kalau gak mau makan, pizza ini mama kasih ke om di sebelah, lho!”

Tak tahan dengan aroma pizza yang semakin menggoda, pemuda itu pun memberanikan diri berkata, “Bu, tolong ambil keputusan segera. Sebab seharusnya saya sudah turun di tiga stasiun sebelumnya.”

Salam SuksesMulia!

Jangan Simpan Foto di Dompet

Foto bisa menyimpan banyak cerita. Saat melihat foto-foto zaman kuliah terkadang saya senyum-senyum sendiri. Bahkan anak saya sering menggoda, “Bapak dulu kurus kering, badannya cuma tulang dan kentut. Kalau bapak kentut tulangnya rontok. Heran, mama kok mau sama bapak.” Komentar standar istri saya, “Hidup itu pilihan anakku. Dan, pilihan terberat yang pernah mama ambil itu menikahi bapakmu.” Kami pun tertawa bersama…

Nah, karena foto menyimpan banyak cerita maka jangan sembarangan menyimpan foto. Berbahaya! Kisah berikut saya dapatkan dari Group BB Alumni Trainer Bootcamp ke-6, dimana saya menjadi salah satu anggotanya.

Alkisah, sepasang suami-istri beradu mulut. Penyebabnya, si suami menemukan foto laki-laki lain di dompet sang istri.
Dengan nada marah si suami berkata, “Kamu itu tega ya, baru satu tahun kita menikah kamu sudah berani selingkuh.” Sambil menangis sang istri menjawab, “Sumpah mas, demi Tuhan saya tidak selingkuh. Saya sangat sayang sama kamu. Karena berkat kamu, hidupku menjadi lebih baik.”

Suami yang masih emosi itu berkata lantang, “Ngomong gak selingkuh tapi di dompet kamu ada foto lelaki lain. Jangan jadi pembohong kamu!” Tangisan istrinya menjadi semakin keras, dengan terisak ia berkata, “Sumpah mas itu bukan selingkuhanku.”
“Kalau bukan selingkuhanmu terus siapa?!” bentak suaminya.
Sang istri yang berparas cantik itu menjawab, “Mas, foto di dalam dompet itu adalah foto diriku sendiri. Dulu aku laki-laki mas. Setelah saya ke klinik TONG FANG saya berubah menjadi perempuan dan menikah denganmu.”

Salam SuksesMulia!